I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah menjadi keyakinan umat Islam, Allah adalah pencipta (khalik) dan alam semesta (universe) adalah ciptaan-Nya . Namun ada perbedaan pendapat dalam memahami proses penciptaan.
Penciptaan alam semesta, dupahami umat Islam secara berbeda dan terpecah ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama berpendapat bahwa alam semesta diciptakan Allah dari tiada secara langsung. Sementara kelompok kedua berpandangan bahwa alam semesta diciptakan Allah dari ada secara tidak langsung. Kelompok pertama dimotori oleh teolog al-Asyariah yang bercorak tradisionalis , Sedangkan kelompok kedua dengunkan oleh teolog Mu'tazilah yang bercorak rasionalis yang sepaham dengan filosof Islam .
Dalam pandangan Islam, Allah adalah Maha Esa, Esa zat-Nya, Esa perbuatan-Nya, Sementara makhluk dalam pandangan ulama Islam adala plural, ia adalah baru, ia juga menempati ruang dan waktu, sementara Sang Pcncipta tidak terikat dengan ruang dan waktu, Sifat-sifat Allah tidaklah bisa dianalogikan dcngan sifat-sifat makhluk karena Ia memang Sempuma sementara makhluk sangat jauh dari kesempumaan. Untuk mensucikan Allah dan tidak merusak keqadiman-Nya maka berfikirlah para filosof untuk memberika jawaban bagaimana proses te:jadinya alam semesta ini, sehingga lahirlah teori yang disebut emanasi. Selain itu, para ilmuan pun tidak mau ketinggalan dengan eksprimen serta riset yang dilakukan untuk menjawab problematika ini, sehingga lahirlah berbagai macam teori tentang kejadian alam semesta.
B. Permasalahan
Berdasarkan gambaran-gambaran tersebut di atas maka yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah teori emanasi dalam filsafat Islam
2. Sejauh manakah pandangan sains modern terhadap penciptaan alam dan hubungannya dengan teori emanasi dalam filsafat Islam.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kata emanasi berasal dari bahasa latin Emanatio, kemudian dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Emanation dan dalam bahasa Aras disebut dcngaIl al-Faid . Dalam makalah ini, yang dimaksud dengan emanasi adalah teori penciptaan yang menjelaskan bahwa semua kenyataan secara pasti berproses dari asas pokok dari keberadaan yang satu dan bergantung padanya untuk keberadaannya dam keteraturannya. tetapi tidak sarna dengannya teori ini dianalogikan antara matahari dan cahaya. Bahwa makin jauh matahari, maka cahaya matahari semakin berkurang . selain itu pula Jamil Shaliba dalam al-Mu'jam al-Falasafi mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan emanasi adalah segala sesuatu yang ada yang merupakan bagian-bagian dari alam dan merupakan pelimpahan dari zat yang pertama (al-mabda' af-awwal), pelimpahan ini sifatnya terus menerus dan tanpa ada kesengajaan . Teori al-faid ini disehut juga dengan urutan-urutan wujud .
B. Pemikiran Emanasi Dalam Filsafat Islam
Filosof Isiam tertarik untuk membahas maujud itu secara rasional sesuai pemahaman mereka. Hal ini banyak dipengaruhi oleh filosof Yunani seperti Plato, Aristotele, yang kemudian diteruskan oleh Plotinus dengan teori emanasinya. Ia mengemukakan bahwa wujud keseluruhan ada empat yaitu :
1. Yang Pertama
2. Akal
3. Jiwa Alam (a1-Nafs a1-kuliyah)
4. Materi (al-maddah)
Adapaun terjadinya wujud ini menurut Plotinus dari Yang Esa keluarlah makhIuk yang pertama, yaitu akal, dari akal ini keluarlah jiwa alam, dan kemudian daripada Alam keluarlah materi . Maksud dari teori ini adalah untuk menjelaskan bahwa yang banyak (makhluk) ini tidak menimbulkan pengertian bahwa di dalam yang Esa ada pengertian banyak . Ternyata teori emanasi (al-faid) hasil "ramuan" Plotoinus inilah yang mengilhami dan sangt mempengaruhi bangunan kosmologi kaum filosof Islam, yang mencapai kesempurnaan atas pengeborasian ai-Farabi dan Ibnu Sina. AI-Kindi dengan filsafat "al-Haqq al-Awwal-nya berusaha memurnikan keesaan Allah dari arti banyak. Menurutnya bendua-benda yang ada di alam mi mempunyai dua hakikat: hakikat sebagai juz’i (al-haqiqal jus'iyyah) yang disebut 'aniah dan hakikat sebagai kulli (al-haqiqat kulliyat) yang disebut mahiah, yaitu suatu kkikat yang bersifat universal dalam bentuk genus (jins) dan species (naw’u) . Allah dalam filsafat al-Kindi tidak mempunyai hakikat dalam arti 'aniah dan mahiah. Bagi al-Kindi Allah adalah unik, Ia hanya satu dan tidak ada yang setara dengan-Nya. Dialah yang benar Pertama (al-haqq al-awwal) dan yang benar Tunggal (al-haqq al¬-wahid). Selain dari-Nya, semuanya mengandung arti banyak .
Penafian al-Kindi terhadap 'anih dan mahiah dari kemahacsaan Allah memiliki pandangan yang mirip dengan Mu'tazilah yang menafikan sifat dari zat Allah. Akan tetapi ketika Mu'taziJah menyatakan bahwa Allah itu mengetalhui dengan ilmu-Nya dan ilmu-Nya adalah zat-Nya; berkuasa dengan kekuasaan-Nya dan kekuasaan-Nya adalah zat-Nya . Temyata aI-Kindi tidak. demikian, malahan Ia rnenyatakan bahwa Allah itu hanya bisa dilukiskan dengan kata-kata negatif, Allah tidak sarna dengan ciptaan-Nya. Allah tidak berhentuk, Allah tidak berbilang, Allah tidak berhubungan, Allah tidak berbagi Ia adalah Maha Esa (wahdah). Adapun alam, menurut al-Kindi, sebagai ciptaan Allah beredar menurut aturan-Nya (sunnatullah) tidak qadim, tetapi mempunyai permulaan, alam diciptakan Allah dari tiada menjadi ada (creation ex nihilo) Hal ini bertentangan dengan pendapat kaum filosof yailg menganut paham emanasi yang berpandangan bahwa penciptaan alam dari tiada menjadi ada, tidaklah mungkin. Penciptaan haruslah dari sesuatu yang ada, argument ini didukung oleh Ibnu Rusyd yang menyatakan bahwa penciptako ialah mengubah yang ada dari suatu sifat ke sifat yang lain dan bukan membuat dari tiada menjadi ada
Seperti halnya Mu'tazilah, filosof Islam juga berpendapat bahwa alam semesta diciptakan Allah dari materi asal yang tidak pernah meniada (al-hayu al-ula). Materi asal ini beremanasi dari Allah Yang Maha Esa meialui pancaran akal¬ akal yang berjumlah sepuluh secara mekanik atau berurutan. Sedangkan emanasi menumt al-Farabi adalah bahwa Allah itu Esa sama sekali. Karena itu yang keluar padanya juga satu wujud saja, sebab emanasi itu timbul karena pengetahuan (ilmu) Allah terhadap zat-Nya yang satu.
AI-Farahi menguraikan secara ilmiah dengan mengatakan bahwa segala sesuatu keluar dari Tuhan karena Tuhan mengetahui zat-Nya dan mengetahui bahwa ia menjadi dasar susunan wujud yang sebaik-baiknya. Jadi ilmu-Nya menjadi sebab bagi wujud semua yang dikehendaki-Nya. Bagi Tuhan cukup dengan mengetahui zat¬-nya yang menjadi sebab adanya alam, agar alam ini wujud .
Pada dasamya filsafat emanasi al-Farabi dan Ibnu Sina adalah sarna, akan tetapi mereka berbeda dalam menetapkan obyek pemikiran akal-akal. Bagi al-Farabi akal-akal mempunyai dua obyek pemikiran, yakni Allah dan dirinya sebagai wajib al¬ wuJud lighairih, dan dirinya sebagai mumkin al-wujud. Proses emanasi terjadi dari pemikiran tentang Allah memancar akal-akal, dari pemikiran tentang dirinya sebagai wajib wujudnya memancar jiwa-jiwa, yang merupakan penggerak planet-planet dan dari pemikiran tentang dirinya sebagai mumkin al-lwujud memancar langit-langit. Dengan demikin, Ibnu Sina tiap akal menimbulkan tiga macam yaitu akal mengelurkan jiwa langit dan planet serta langit dan planet itu sendiri .
Oleh karena itu, Tuhan tidak langsung berhubungan dengan banyak, tetapit melalui akal. Dalam diri Tuhan tidak terdapat arti banyak, dan inilah tauhid yang murni menurut al-Farabi, ibnu Sina dan Filosof-filosof Islam yang menganut pahami emanasi.
Alam dalam filsafat Islam diciptakan bukan dari tiada atau nihil, letapi dari materi asal yaitu api. udara, air dan tanah. Karena dari tiada atau nihil tak dapat diciptakan sesuatu. Olehnya itu, sesuatu mesti diciptakan dari suatu yang sudah ada. Maka mnteri asal timbul bukan dari tiada, akan tetapi dari Seasuatu yang dipancarkan pemikiran Tuhan. Teori emanasi yang dilontarkan oleh para filosof tersebut bertujuan untuk menegaskan kemahaesaan Allah. Karena tidak mungkin yang Esa berhubungan dengan yang tidak Esa atau banyak. Andaikata alam diciptakan secara langsung mengakibatkan Allah berhubungan dengan yang tidak sempuma. dan ini menodai Ikeesarl-Nya. Jadi, dari Allah Yang Maha Esa hanya muncul satu, yakni akal pertama yang berfungsi sebagai perantara dengan yang banyak .
Sejalan dengan filsafat emanasi, menurut filosof Islam alam semesta qadim dari segi zaman (taqaddum zamaniy) karena ia diciptakan Allah dari bahan yang sudah ada sejak azali dan tidak didahului oleh zaman. Sedangkan dari segi zat, karena alam diciptakan Allah secara pancaran, maka alam semesta baharu (hudus zatiy) . Sebab itu menurut filosof, implikasi dari qadim tidak akan membawa kepada paham politeisme dan ateisme, karena ia bukan Allah dan qadimnya tidak Sama dengan qadimnya Allah (taqaddum zatih) sedangkan keberadaannya diciptakan Allah dan Allah adalah pecipta (Shani') alam semesta.
Hal ini sesuai dengan firman Allah QS. Al-Mukminun (23): 12-14 yang artinya :
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن سُلَالَةٍ مِّن طِينٍ ﴿١٢﴾ ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ ﴿١٣﴾ ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَاماً فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ ﴿١٤﴾
Dan sesungguhnya kami Telah menciptabn manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu karni jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik
2. QS. Hud (11) : 7 وَهُ وَهُوَ الَّذِي خَلَق السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاء لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَلَئِن قُلْتَ إِنَّكُم مَّبْعُوثُونَ مِن بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولَنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ إِنْ هَـذَا إِلاَّ سِحْرٌ مُّبِينٌ ﴿٧﴾
Terjemahnya :
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah `Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".,
3. QS. Fushilat (41): 11
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاء وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعاً أَوْ كَرْهاً قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ ﴿١١﴾
Terjemahnya :
Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
Surat al-Mu'minun (23): 12-14 di atas menggambarkan bahwa manusia diciptakan dari sesuatu atau materi yang sudah ada, yakni intisari tanah kamudian mengalami beberapa kali perubahan berulah menjadi manllsia. Sementara surat Hud (11): 7 menunjukkan bahwa sebelum alam semesta diciptakan telah ada a1-ma' (zat air) dan arasy, dengan istilah lain air diubah menjadi alam semesta. Sedangkan Surat Fushshilat (41 )1: 11 melukiskan pula dukhan (emmbun. uap) diubah menjadi ruang alam (al-sama).
C. Pandangan Sains Modern Terhadap Penciptaan alam dan Hubungannya dengan Teori Emanasi dalam FiIsafat Islam.
Dalam proses penciptaan alam, al-Qur'an tidak menjelaskan secara rinci, apakah diciptakan dari sesuatu atau materi yang sudah acla atau dari ketiadaan. Dalam berbagai redaksinya tentang penciptaan alam al-Qur' an hanya memerintahkan kepada umat manusia untuk memikirkan kejadian-kejadian alam. Untuk itu para filosof dan ilmuan tampil dengan berbagai macam teori untuk memberikan solusi dengan argmnent-argumen tentang penciptaan alarn. Para filosof dengan teori emanasinya dan para ilmuan dengan observasi sainsnya.
Berbeda dengan bidang pemikiran lilsafat yang bersifat spekulatif, dalam ilmu pengetahuan kosmologi yang bersifat empiris ditemukan konsep penciptaan alam semesta yang berubah-ubah. Pembahan ini dipengaruhi oleh tingkat kecanggihan alat-alat atau sarana observasinya dan kemajuan ilmu pengetahuan. Pergeseran konsepsi tersebut pada intinya menjadi dua:
1. Konsep Kosmologi pra abad 20 cenderung berkesimpuian bahwa alam semesta ini qadim, tidak diciptakan (steady stale universe). Mereka berpandangan bahwa alam semesta ini selain tak terbatas dan besamya tak terhingga juga tidak berubah keadaanya dari dulu Sampai sekarang dan yang akan datang. Konsep ini dipelopori oleh Newton yang didasarkan pada pengamatannya bahwa materi kekal adanya, kemudian diperluas lagi oleh Einstein dengan teori kekekalan materinya .
2. Konsep kosmologi abad 20 cenderung berkesimpulan bahwa alam semesta diciptakan. Pembahan konsep ini lahir dari hasil observasi Hubble (1929) la menemukan pemualaan alam semesta, dengan teropong raksasanya melihat galaksi-galaksi disekitar Bima Sakti berada dalam keadaan menjauhi kita dengan lalu yang sebanding dengan jauhnya dari bumi : yang lebih jauh dan kecepatannya lebih besar. Seluruh alam semesta berekspansi (expending universe) obscrvasi inilah sehingga para kosmolog berkssimpulan jagat raya bertambah setiap saat. Dari perhitungan perbandingan jarak dan kelajuan gerak masing-masing galaksi yang teramati para pakar sains menarik kesimpulan bahwa alam semesta ini semula teremas (tcrkerut) menjadi sangat kecil, yang disebut dengan singurlaritas. Karena goncangan kevakuman dan tekanan gravitasi negative menirnbulkan suatu dorongan eksplosif sekitar 15 milyar tahun yang lalu, yang kemudian peristiwa ini dikenal dengan "Big¬ Bang" (dentuman besar). Kesmipulan ini diperkuat oleh hasil observasi radio astronomi Arno Penzias dan Robert Wiison (1964) mengungkapkan keberadaan gelombang mikro yang mendatangi bumi dari segala penjuru alarn sebagai kilatan alam semesta yang tersisa dari peristiwa Big Bang. Peninggalan era Big Bang ini pada dasarnya dapat diamati melalui radiasi tgelombang mikro bersuhu 3 K (-270 C) yang sampai sekarang membanjiri kosmos .
Teori sains modem yang dikemukakan oleh seorang ahli astronomi (Jean) mengatakan bahwa ala mini pada mulanya adalah gas yang berserakan secara teratur di angkasa luas, sedang kabut-kabut atau kumpulan kosmos-kosmos tercipta dari gas¬ gas terse but yang memadat. Teori ilmiah lainnya terlah membuktikan bahwa buni adalah sebagian dari gas yang panas lalu memisah dan membeku kemudian menjadi tempat yang layak dihuni manusia .
Immanuel Kant dengan teori Nebulamya yang hampir mmp dengan teori Kuiper mengatakan bahwa mula-mula ada kabut gas dan debu yang sebgian besar terdiri dari hydrogen dan sedilit helium mengisi seluruh ruang alam semesta, karena proses pendinginan kabut gas tersebut menurut dan mulai berputar yang lambart laun berubah dari bulat bola meniadi semacam cakram. sebagian besar materi akan mengumpul di pusat cahaya yang kemudian mcnjadi matahari. Karma putarannya sebagian dari massa terse but lepas dan membentuk gumpalan dan kemudian membeku menajdi planet-planet. Teori ini menggarnbarkan bahwa alam ini pada dasarmya dari alam yang satu yaitu jagat raya yang sangat luas. Dalam jagat raya ini materi-matcri yang berbentuk kabut pijar. dari putamm jagat yang sangat cepat terbntuklah planet-planet.
Teori tidak atau teori Pasang Surut yang dikemukakan oleh James H. Jenas dan Harold Jeffers bahva jika sebuah bintang lewat mendekat pada matahari. karena gaya tarik bintang tcrsebut, maka pada pennukaan matahari terjadi proses seperti pasang surut air di bwni, akibat gaya tarik bintang dan matahari, maka sebagian massa dari matahari lepas bersamaan dengan menjauhnya bintang itu. Massa yang teriepas itulah kemudian terbentuk menjadi planet-planet.
Penemuan ilmuan tersebut menuniukkan bahwa alam semesta tercipta dari ketiadaan. Hal ini bukan berarti sesuatu yang diluar jangkauan kosmologi ketiadaan. Menurut A. Baiquni dalam Sirajuddin Zar mereka berpendapat bahwa alam semesta tercipta dari ketiadaan sebagai goncangan vakum yang membuatnya mengandung energi yang sangat tinggi dan singurarilitas. Dalam fisika modem hal ini bertumpu pada dua teori yaitu teori kuantum dan teroi relativitas: teori relativitas memperlihatkan keterkaitan ruang dan waktu kesetaraan energi dan materi, maka teon kuantum mcngubah kausalitas determenistik (hubungan sebah akibat pastil) menjadi kausaiitas probabilistic (huhungun sebab akibat tidak pasti), tetctpi bersifat kebolehan, sehingga suatu peristiwa yang sebenamya tidak mungkin menurut lu:usalistik determenistik itu boleh jadi bisa muncul menurut quantum. Vakum yang berarti tiada ruang, tiada waktu, tiada materi dan tiada eneigi darat memunculkan energi dan inilah yang disebut goncangan vakum. Vakum yang mempunyai kandungan energi yang luar biasa besar dan tekanan gravitasi negative menimbulkan suatu dorongan eksplosir keluar dari singaluritas. Sebab itu hasil obscrvasi yang mengarah pacah kesirnpulan alam semesta tercipta dari ketiadaan tidak dapat disangkal lagi.
Demikianlah penciptaan alam semesta mcnurut hasii observasi sains. Konklusi yang disampaian bukanlah berdasarkan pada pemikiran spekulatif, tetapi didasarkan pada metode bcrfikir empiris eksperimental yang dapat dikaji ulang dan diperiksa kembali.
Jika dibandingkan dengan konsklusi hasil observasi kaum filosof tampak bertentagan tentang penciptaan alam, pada dasarnya ada suatu kerterpaduan, hanya saja tinjauan filsafat dan sains yang ada kemiripan dengan teon emanasi, misalnya teori Nebular oleh Kant yang mendefinisikan bahwa pelimpahan itu berasal dari massa Yang ada dijagat raya ini dan bukar: dimulai dari proses berfikir sebagaimana diungkapkan para filosof. Demikian denga n teori tidak oleh James Harold yang justeru menjadikan matahari sebagai sumber segala yang ada jika dicermati secara terminology filosofis maka dapat dikatakan bahwa pelimpahan itu berasal dari matahari.
IV. KESIMPULAN
Dari uraian di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan banwa :
1. Teori emanasi dalam filsafat Islam memandang bahwa alam ini terjadi dari limpahan yang mengalir dari yang asal dan yang mengalir itu tetap merupakan bagian daripada alasannya yang semula. Tujuan teori ini adalah untuk memberikan hak keessaan sepenuhnya kepada Allah Swt. yang bersifat qadim.
2. Hasil observeasi sains modern sama dengan konsep kaum teolog tradisional bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan. Teori sains tampkanya ada kemiripan dengan teori emanasi hanya saja berbeda dalam operasionalnya, dan semua teori-teri ini sebenamya tidak bertentangan dengan al-Qur'an, namun hasil observasi kosmoloq yang dibidangi oleh sains dan treknologi lebih dapat diterima daripada hasil pemikiran yang bersifat spekuiatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar